Bahaya Minyak Jelantah bagi Kesehatan dan Lingkungan


Masyarakat Indonesia umumnya menyukai olahan makanan yang digoreng. Bahkan kita bisa menjumpainya di setiap tempat makan di Indonesia. Kecintaan terhadap olahan yang digoreng tidak menutup kemungkinan bahwa penggunaan minyak goreng selalu ada di setiap rumah. Namun bagaimana dengan bahaya minyak jelantah bagi kesehatan dan lingkungan jika digunakan berulang dan dibuang sembarangan?


Menurut keterangan publikasi Indonesia: Oilseeds and Products Annual 2022, konsumsi minyak goreng di Indonesia mencapai 16,6 juta ton. Dari jumlah konsumsi itu masih banyak masyarakat Indonesia yang menggunakan minyak jelantah secara berulang. Beberapa kasus penggunaannya sampai tak tersisa. Alih-alih untuk menghemat pengeluaran, nyatanya penggunaan minyak jelantah itu justru berbahaya bagi kesehatan. 


Dikutip dari halodoc, setidaknya ada 4 bahaya minyak jelantah bagi kesehatan jika digunakan secara berulang, yakni dapat memicu risiko kanker, obesitas, infeksi bakteri, dan penyakit degeneratif seperti Parkinson dan Alzheimer. Selain itu, Kementerian Kesehatan juga menginformasikan bahwa penggunaan minyak jelantah secara berulang dapat meningkatkan kadar kolesterol dan penumpukan lemak di dalam tubuh.


Berdasarkan laporan penelitian pengumpulan minyak jelantah di lima kota besar di pulau Jawa dan Bali yang dilakukan oleh Traction Energy Asia dan TNP2K pada 2021, tercatat 80,52% minyak jelantah dibuang begitu saja.

 

(Sumber gambar: cuisineseeker)

Bahaya minyak jelantah harus dihindari tapi membuang minyak jelantah sembarangan juga tidak dapat dibenarkan. Membuang minyak jelantah begitu saja akan berdampak buruk bagi lingkungan sekitar. Berikut beberapa dampak buruk yang akan ditimbulkan jika minyak jelantah bagi lingkungan:

1. Menyumbat saluran air

Minyak jelantah yang dibuang ke saluran air bersifat dingin dan akan mengendap di saluran air. Lapisan minyak itu akan menyumbat saluran pembuangan bahkan menempel dengan limbah lain sehingga membentuk fatberg atau gumpalan sampah.

2. Merusak kualitas air dan tanah

Minyak jelantah yang dibuang begitu saja akan diserap tanah melalui pori-pori tanah lalu menyumbatnya. Tanah akan menjadi keras dan tingkat kesuburan tanah akan berkurang. Ini juga berpengaruh terhadap kualitas air tanah di dalamnya.

3. Mencemari sungai dan lautan

Minyak jelantah yang dibuang melalui saluran air akan bermuara ke sungai, danau, atau lautan. Lapisan minyak jelantah ini akan mengapung di permukaan air dan menghalangi sinar matahari yang masuk. Ini akan menurunkan kadar oksigen yang dibutuhkan biota laut.

Penggunaan minyak jelantah secara berulang dan membuangnya sembarangan masih menjadi masalah di masyarakat. Hal ini terjadi karena ketidaktahuan masyarakat terhadap pengelolaan limbah minyak jelantah yang tepat. Padahal, minyak jelantah yang dihasilkan dari rumah tangga maupun usaha bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku biodiesel. 

(Sumber gambar: lakewoodcity)
Dari sekian banyak minyak jelantah yang dihasilkan setiap harinya, Octopus melihat potensi untuk membantu masyarakat meminimalisir bahaya minyak jelantah dan mengelolanya agar bisa didaur ulang. Minyak yang telah digunakan untuk memasak bisa dikumpulkan terlebih dulu di wadah khusus. Nantinya Octopus melalui Pelestari akan menjemput minyak jelantah dari rumah tangga untuk didaur ulang.